Tak Hanya Batak, Ini 7 Suku yang Juga Tinggal di Medan, Sumatera Utara
Tak Hanya Batak, Ini 7 Suku yang Juga Tinggal di Medan, Sumatera Utara
line page
detail blink

Tak Hanya Batak, Ini 7 Suku yang Juga Tinggal di Medan, Sumatera Utara

13 May 2023 | 07:00

Medan adalah ibu kota dari provinsi Sumatera Utara, Indonesia, dan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Medan terkenal dengan sebutan “Paris van Sumatera” karena keindahan bangunan-bangunan bergaya kolonial Belanda di sepanjang jalan di kawasan Pusat Kota Lama. 


Selain itu, Medan juga terkenal dengan kuliner khasnya yang beragam, seperti sate padang, nasi goreng, dan bubur. Beberapa tempat wisata terkenal di Medan meliputi Istana Maimun, Masjid Raya Medan, Taman Simalem Resort, dan Gunung Sibayak. Medan juga memiliki sejarah yang panjang dan telah banyak mempengaruhi budaya dan peradaban di wilayah Sumatera Utara dan Indonesia secara umum.



Suku di Medan (sumber: okezone)


7 Suku yang Tinggal di Medan

Selama ini, banyak orang mengenal bahwa suku Batak adalah suku asli yang mendominasi wilayah ini. Namun, sebenarnya masih ada banyak suku lain yang juga tinggal di Medan. Dalam artikel ini, kita akan membahas tujuh suku yang tinggal di Medan selain suku Batak.


  1. Suku Melayu


Suku Melayu adalah salah satu etnis yang tinggal di Medan, Sumatera Utara. Sebagian besar suku Melayu di Medan tinggal di daerah pesisir timur, terutama di kabupaten Langkat, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Batubara, Asahan, Kota Binjai dan Kota Medan. Sejarah suku Melayu di Medan berkaitan dengan zaman kerajaan-kerajaan Melayu, terutama kerajaan Deli dan Serdang pada abad ke-17 dan ke-18.


Suku Melayu di Medan memiliki kebudayaan yang kaya dan unik, dari segi bahasa, adat dan kebiasaan. Bahasa Melayu Medan memiliki dialek yang khas dan berbeda dengan bahasa Melayu di daerah lain, yang dipengaruhi oleh percampuran bahasa-bahasa lain seperti Bahasa Batak dan Bahasa Jawa.


Adat istiadat suku Melayu di Medan juga masih dilestarikan dan diwarisi dari generasi ke generasi. Salah satu adat yang masih dipertahankan adalah tradisi pernikahan adat Melayu, yang terdiri dari beberapa tahapan seperti lamaran adat, akad nikah dan resepsi pernikahan.


Makanan khas suku Melayu di Medan juga cukup terkenal di daerah ini, salah satunya adalah nasi Padang. Selain itu, ada juga makanan khas seperti gulai kepala ikan, asam pedas, rendang dan gulai kambing.


Selain itu, suku Melayu juga memiliki seni dan budaya yang unik, seperti tari zapin dan tari serampang dua belas yang sering dipentaskan di acara-acara adat atau festival budaya.


Suku Melayu di Medan juga berkontribusi dalam perekonomian kota, terutama dalam sektor perdagangan dan perindustrian. Suku Melayu juga terlibat dalam kegiatan sosial dan politik, baik di tingkat lokal atau nasional.


  1. Suku Jawa


Suku Jawa adalah salah satu etnis yang tinggal di Medan, Sumatera Utara. Meskipun jumlah mereka tidak sebanyak suku Batak atau Tionghoa, tetapi orang Jawa di Medan ini telah hidup di kota ini selama beberapa generasi dan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebudayaan lokal dan sejarah kota.


Sejarah awal suku Jawa di Medan bisa ditelusuri ke masa kolonial Belanda, ketika banyak orang Jawa yang dipekerjakan sebagai buruh atau kuli kontrak dalam proyek-proyek konstruksi. Kemudian, mereka mulai menetap di Medan dan membentuk lingkungan pemukiman yang dikenal dengan sebutan Kampung Jawa. Hingga saat ini, kampung Jawa masih eksis di beberapa wilayah di Medan, seperti Kampung Jawa di Tanjung Sari dan Kampung Jawa di Sunggal.


Suku Jawa di Medan tersebar di seluruh kota dan memiliki karakteristik unik yang membedakan mereka dari suku Jawa di daerah lain. Salah satu karakteristik budaya yang paling menonjol adalah bahasanya yang memiliki dialek khas dan ciri khusus tersendiri. Bahasa Jawa di Medan juga termasuk salah satu ragam bahasa Jawa yang paling banyak dikenal di luar Jawa Tengah dan Jawa Timur.


Meskipun terpisah dari asalnya, suku Jawa di Medan tetap mempertahankan kebudayaan dan tradisi mereka. Beberapa kebudayaan tradisional yang masih dilestarikan oleh suku Jawa di sini meliputi seni pertunjukan, adat pernikahan, dan tarian Jawa seperti tari gambyong.


Suku Jawa di Medan juga memiliki peran penting dalam pembangunan kota. Banyak dari mereka yang berkontribusi sebagai pedagang, petani, atau pengusaha kecil. Selain itu, banyak juga yang terlibat aktif dalam organisasi masyarakat dan kegiatan sosial lainnya. Secara keseluruhan, keberadaan suku Jawa di Medan membawa banyak pengaruh positif dalam aspek kultural dan ekonomi di Sumatera Utara


  1. Suku Tionghoa


Suku Tionghoa adalah salah satu etnis yang tinggal di Medan, Sumatera Utara. Mereka merupakan salah satu etnis yang banyak berkontribusi dalam pembangunan ekonomi dan sosial kota, terutama dalam sektor perdagangan dan manufaktur.


Suku Tionghoa di Medan memiliki sejarah yang panjang, mulai dari masa penjajahan Belanda hingga kemerdekaan Indonesia. Saat ini, orang Tionghoa di Medan tersebar di seluruh kota dan memiliki keberagaman budaya yang kaya.


Budaya suku Tionghoa di Medan dapat dilihat dalam berbagai festival dan acara adat, seperti Tahun Baru Imlek, Cap Go Meh, dan Kongzhu. Selain itu, ada juga berbagai kuliner khas suku Tionghoa yang dapat ditemukan di kota ini, seperti martabak, bakpia, dan bakmi.


Suku Tionghoa di Medan juga memiliki peran penting dalam sejarah dan perkembangan kota . Banyak dari mereka yang berperan dalam membangun kota ini menjadi pusat perdagangan yang besar dan makmur. Selain itu, banyak orang Tionghoa yang juga terlibat dalam kegiatan sosial dan politik di kota, baik di tingkat lokal maupun nasional.


Namun, keberadaan suku Tionghoa di Medan juga pernah dicap sebagai ancaman terhadap keamanan nasional, terutama selama masa Orde Baru. Peristiwa Tragedi Mei 1998 yang menimpa orang Tionghoa di Indonesia juga turut dirasakan di Medan, meskipun tidak sehebat di Jakarta.


  1. Suku Minangkabau


Suku Minangkabau adalah sebuah suku bangsa yang tinggal di beberapa daerah di Indonesia, termasuk di kota Medan. Meski jumlah populasi mereka tidak sebanyak etnis lain seperti Batak, Jawa, dan Tionghoa, keberadaan suku Minangkabau di Medan tetap memberikan kontribusi besar terhadap keragaman budaya dan sosial di kota ini.


Sistem kekerabatan yang dipegang oleh suku Minangkabau di Medan masih menganut pola kekerabatan matrilineal seperti di wilayah asalnya di Sumatera Barat. Artinya, garis keturunan diwarisi dari pihak ibu, sementara garis keturunan ayah memiliki peran sebagai penyedia dukungan finansial bagi keluarga.


Budaya suku Minangkabau di Medan kental dengan nilai-nilai adat dan tradisi. Beberapa contoh adat dan tradisi yang masih dilestarikan antara lain randai, tari piring, dan pakaian adat Minangkabau. Selain itu, makanan khas suku Minangkabau seperti rendang, nasi padang, sate padang, dan gulai kambing juga cukup terkenal di Medan.


Suku Minangkabau di Medan juga terkenal sangat mandiri dan hemat. Banyak dari mereka yang sukses dalam berbisnis dan memiliki keinginan kuat untuk berhasil. Kontribusi mereka dalam sektor ekonomi dan sosial di kota Medan cukup signifikan.


Meskipun jumlah populasi suku Minangkabau di Medan tidak sebanyak etnis lain, keberadaan mereka tetap merupakan bagian dari keragaman budaya dan etnis di kota ini. Kehadiran suku Minangkabau di Medan juga patut diapresiasi karena mereka telah melestarikan budaya dan tradisi mereka, serta memberikan impact positif bagi perkembangan kota Medan.


  1. Suku Aceh


Maaf sebelumnya, terjadi kesalahan pada jawaban sebelumnya. Suku Aceh yang ada di Medan merupakan salah satu etnis yang cukup besar di kota ini.


Sejak zaman kolonial Belanda, Aceh merupakan salah satu daerah yang dipandang strategis dan ramai dihuni oleh berbagai etnis. Banyak dari penduduk pribumi yang kemudian pindah dan menetap di kota-kota besar seperti Medan, yang pada saat itu dianggap sebagai pusat perdagangan dan ekonomi penting di Sumatera.


Penduduk Aceh yang ada di Medan memiliki kekuatan budaya, ekonomi, serta politik yang signifikan. Mereka dikenal sebagai etnis yang mandiri, memiliki semangat kerja keras, dan senang berbisnis. Banyak dari mereka yang menjadi pengusaha sukses, terutama di sektor perdagangan dan kulinari.


Pengaruh budaya Aceh juga terlihat dalam banyak aspek kehidupan masyarakat Medan, seperti di bidang kuliner, seni, dan agama. Di beberapa area di Medan, Kamu bisa menemukan restoran atau warung kopi yang menjual masakan khas Aceh seperti mie Aceh, nasi Arab, atau kopi Gayo. Budaya seni dan musik tradisional Aceh juga masih dijaga dan dilestarikan oleh kelompok-kelompok seniman Aceh di kota ini.


Suku Aceh yang ada di Medan juga memiliki peran yang signifikan dalam politik dan kemasyarakatan. Para pemimpin Aceh seperti mantan gubernur Irwandi Yusuf dan mantan Bupati Aceh Tamiang, Mursil, berasal dari Medan dan berhasil memainkan peran penting dalam memajukan daerah mereka. Suku Aceh di Medan juga aktif dalam organisasi sosial dan keagamaan seperti Persatuan Umat Islam Aceh (PUIA) dan Majelis Adat Aceh Sumatera Utara.


Kehadiran suku Aceh di Medan menjadi bagian penting dalam keragaman etnis dan budaya kota ini. Keberadaan mereka juga menjadi sebuah kontribusi pada keberlangsungan harmoni dan kerukunan


  1. Suku Mandailing


Suku Mandailing adalah salah satu etnis yang mendiami kota Medan dan sekitarnya. Mereka berasal dari daerah Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, dan memiliki kebudayaan dan adat istiadat yang kaya dan unik. 


Kebudayaan suku Mandailing di Medan terutama terlihat dalam ajaran agama dan tradisi kepercayaan mereka, yang berakar pada kepercayaan animisme dan dinamisme sejak masa prasejarah. Selain itu, mereka juga dikenal dengan keahlian mereka dalam seni musik tradisional seperti gondang sabangunan dan hadrah. 


Makanan khas suku Mandailing juga tersedia di banyak tempat di Medan. Contohnya adalah nasi padang, rendang, sayur asem, dan sate padang, yang disajikan dengan ciri khas Mandailing seperti bumbu yang kaya akan rempah dan cita rasa yang gurih. 


Budaya suku Mandailing di Medan juga dikenal dengan kearifan lokal mereka yang kuat. Mereka sangat memegang teguh nilai kekeluargaan dan gotong royong dalam menjalin hubungan sosial dan berbisnis. Keakuannya terhadap budaya dan adat-istiadat suku Mandailing juga menjadikan mereka selalu terjaga dalam menjaga kontribusi bagi perkembangan daerah Medan.


Suku Mandailing juga aktif dalam organisasi sosial, seperti Persatuan Mandailing Indonesia (Persami) dan Himpunan Pelajar Mahasiswa Mandailing (Himpelman). Hal ini menjadikan mereka sebagai etnis yang tidak hanya memiliki kontribusi dalam sektor ekonomi dan kuliner, tetapi juga sangat dihormati dalam kehidupan sosial masyarakat Medan. 


Kehadiran suku Mandailing di kota Medan sangat berharga karena mereka telah melestarikan budaya dan tradisi mereka sejak turun-temurun, ditambah dengan kontribusi mereka dalam berbagai bidang. Keberadaan mereka juga memberikan impact positif pada keberagaman etnis dan budaya di kota Medan. 


  1. Suku Nias


Maaf sebelumnya, terjadi kesalahan pada jawaban sebelumnya. Suku Nias sendiri tidak berada di Medan, tetapi mereka mendiami Pulau Nias yang berada di sebelah barat Provinsi Sumatera Utara. 


Suku Nias adalah salah satu etnis yang mendiami Pulau Nias, Provinsi Sumatera Utara. Suku Nias dikenal dengan budaya dan tradisi unik mereka, salah satunya adalah tradisi lompat batu yang telah menjadi atraksi wisata yang terkenal. Selain itu, suku Nias juga dikenal sebagai ahli dalam seni ukir kayu dan pahat batu.


Budaya suku Nias juga tercermin dalam kebiasaan mereka dalam berpakaian dan beradat istiadat. Pakaian adat suku Nias biasanya terdiri dari bahan tenun yang dipadukan dengan aksesoris dari logam atau manik-manik. Suku Nias juga memiliki adat istiadat yang sangat kental, seperti adat perkawinan, adat penobatan raja, dan sebagainya.


Dalam sejarahnya, suku Nias dikenal sebagai salah satu suku yang melakukan perlawanan hebat terhadap kolonialisme Belanda pada abad ke-19. Aspek kepercayaan pada kekuatan alam dan kepercayaan animisme dan dinamisme yang telah berkembang sejak lama, masih terlihat kuat dalam kehidupan suku Nias.


Meskipun terpencil, keberadaan suku Nias sangat penting dalam keragaman etnis dan budaya di Indonesia. Sebagai masyarakat yang mandiri dan memegang teguh adat dan budaya mereka, mereka juga banyak berkontribusi dalam bidang seni, budaya, dan pariwisata. Pulau Nias dengan keanekaragaman seni, budaya, dan kebiasaan baru merupakan destinasi pariwisata yang berharga bagi Provinsi Sumatera Utara dan Indonesia.


Medan merupakan kota yang terkenal dengan keberagaman budaya dan suku yang tinggal di dalamnya. Selain suku Batak, terdapat juga suku Melayu, Jawa, Tionghoa, Minangkabau, Aceh, Mandailing, dan Nias yang tinggal di Medan. Masing-masing suku memiliki budaya dan tradisi yang unik dan khas. Hal ini menjadikan Medan sebagai kota yang menarik untuk dijelajahi dan dijajaki dalam hal keberagaman budaya.


Selain terkenal dengan keberagaman budaya dan suku, Medan juga terkenal dengan keberagaman kuliner. Salah satu kuliner yang banyak dicintai oleh masyarakat Medan adalah Bolu Stim Menara.


Bolu stim menara adalah salah satu oleh-oleh khas dari kota Medan. Kue ini dibuat dari bahan-bahan berkualitas tinggi yang kemudian dimasak dengan proses steam sehingga menghasilkan tekstur yang lembut dan berpori-pori, serta rasa manis yang pas, sehingga sangat cocok sebagai camilan atau cemilan untuk menemani saat bersantai atau berkumpul bersama keluarga dan teman.


Produk kue bolu stim menara ini diproduksi secara massal dengan kualitas terjaga dan terjamin. Selain itu, Agrinesia juga menyediakan berbagai macam varian rasa, seperti original, pandan, keju, cokelat, dan lain-lain, sehingga Kamu dapat memilih sesuai dengan selera dan keinginan Kamu. Tak heran bila, Bolu stim menara bisa menjadi oleh-oleh yang cocok untuk dibawa pulang ketika berkunjung ke kota Medan.

ARTIKEL TERKAIT

cart icon
whatsapp icon