22 July 2022 | 07:00
Medan merupakan salah satu kota terpenting dalam sejarah perkembangan Islam di Indonesia. Jejak kejayaan Islam di kota tersebut terlihat pada arsitektur Masjid Al Omani yang berdiri sangat megah di pinggiran kotanya.
Foto oleh @fathur_albanjari
Baca juga: Masjid Al Mashun: Sejarah, Arsitektur dan Info Lainnya
Salah satu aspek yang paling mencolok dari Masjid Al Omani adalah warna kuning cerah yang mendominasi bangunan ini. Meskipun usianya sudah ratusan tahun, bangunan masjid masih berdiri kokoh hingga hari ini.
Masjid tertua yang ada di kota Medan ini dirancang oleh seorang arsitek Jerman bernama GD Langereis. Arsitek tersebut merenovasi bangunan masjid atas perintah Sultan Deli Mahmud Perkasa Alam yang merupakan putra dari pendiri Masjid Al Osmani. Masjid yang awalnya terbuat dari kayu ini disulap menjadi bangunan yang tinggi menjulang hanya dalam waktu 3 bulan saja.
Seiring berjalannya waktu, masjid ini terus mengalami perubahan dan menjadi semakin luas saja. Menariknya, arsitektur Masjid Al Osmani menampilkan ciri khas dari banyak negara dan etnis yang ada di kota Medan.
Misalnya ornamen Tiongkok yang ada pada pintu masjid, ukiran pada seluruh bangunan yang kental dengan sentuhan India, arsitektur bergaya Eropa, serta ornamen bergaya TImur Tengah. Salah satu keunikan Masjid Al Osmani adalah kubah tembaga berbentuk persegi delapan yang usianya sudah lebih dari satu abad dan punya berat sekitar 2,5 ton. Kubah ini bergaya arsitektur khas India.
Masjid ini mulai dibangun pada tahun 1854 oleh Sultan Deli ketujuh yaitu Sultan Osman Perkasa Alam. Masjid ini terletak sekitar 20 kilometer dari pusat kota Medan. Sementara itu, nama masjid diambil dari nama sang sultan yang menggagas pendiriannya.
Sebelum menjadi masjid yang megah dan indah seperti sekarang, Masjid Al Osmani dulunya hanya berukuran 16x16 meter dan seluruh bangunannya terbuat dari kayu. Tujuan pembangunan masjid ini adalah untuk menjalin silaturahmi antara kesultanan dengan masyarakat sekitar. Sehingga kala itu masjid ini banyak digunakan sebagai majelis untuk menimba ilmu dan mempererat ukhuwah Islamiyah antar sesama muslim.
Warna kuning yang mendominasi bagian luar masjid tidak dipilih sembarangan. Konon kuning adalah warna kebanggaan Suku Melayu dan memiliki makna megah dan mulIa. Sementara warna hijau dipilih sebagai perpaduan dengan filosofi keislaman dan kemakmuran.
Di tahun 2016, masjid ini ditetapkan sebagai cagar budaya kota Medan. Selain sebagai simbol keislaman, halaman masjid juga digunakan sebagai pusara tempat peristirahatan terakhir keluarga Kesultanan Deli, yaitu 5 orang raja Deli mulai dari Tuanku Panglima Pasutan hingga Sultan Mahmud Perkasa Alam.
Foto oleh @mustakim.w
Sama seperti pusat peribadatan Islam lainnya, masjid ini juga memiliki aktivitas khusus selama bulan suci Ramadan. Misalnya seperti buka puasa bersama yang selalu diadakan di masjid dan terbuka untuk masyarakat umum. Keunikan buka puasa di Masjid Al Osmani adalah menu utama yang disajikan, yaitu bubur pedas.
Alamat lengkap Masjid Al Osmani adalah Jalan Kol Yos Sudarso, Km. 19, 5, Labuhan, Pekan Labuhan, Kec. Medan Labuhan, Kota Medan, Sumatera Utara 20252. Masjid ini cukup jauh dari pusat kota Medan, tepatnya area pelabuhan kota Medan. Tidak heran masyarakat suka menyebut masjid ini sebagai Masjid Labuhan.
Untuk menuju kesana, Anda bisa memanfaatkan taksi online yang akan memudahkan Anda menemukan tempat ini, apalagi jika Anda datang dari luar kota.