22 July 2022 | 07:00
Foto oleh @novian_altelucav
Masjid Raya Al Mashun merupakan salah satu ikon kota Medan. Masjid ini menjadi saksi sejarah kebesaran Kesultanan Melayu Deli. Bagi Anda yang ingin datang berkunjung ke masjid di Medan yang satu ini, berikut kami bagikan sekilas sejarah, keunikan masjid, dan info penting lainnya.
Baca juga: Masjid Al-Osmani: Arsitektur, Lokasi dan Info Lainnya
Masjid Raya Al Mashun atau yang dikenal dengan Masjid Raya Medan merupakan salah satu masjid bersejarah yang ada di Indonesia. Alamat Masjid Al Mashun ini berada di Jalan Mahkamah No.74c, Kecamatan Medan Kota, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara.
Awalnya masjid ini dibangun pada tahun 21 Agustus 1906 dan selesai pada 10 September 1909 oleh Sultan Ma’mun Al Rasyid Perkasa Alam sebagai pemimpin Kesultanan Deli. Keinginan memajukan kesultanan Deli menjadi tujuan utama Sultan Ma’mun Al Rasyid Perkasa Alam dalam membangun Masjid Raya Al Mashun.
Sang sultan mengutamakan pembangunan masjid yang mewah dibandingkan dengan istananya sendiri, Istana Maimun. Bisa dilihat dari jumlah dana yang dihabiskan untuk pembangunan Masjid Raya Al-Mashun, yakni hingga satu juta Gulden. Pendanaan ini didanai oleh sang Sultan dan juga seorang tokoh Medan etnis Tionghoa bernama Tjong A Fie turut ikut membantu.
Shalat Jumat menjadi ibadah pertama yang dilaksanakan di Masjid Raya Al-Mashun ini, dengan bertepatan di hari Jumat saat selesainya pembangunan masjid ini. Seperti masjid bersejarah di Indonesia lainnya, Masjid Raya Al Mashun memiliki sejarahnya sendiri dan arsitektur yang unik.
Masjid Al Mashun awalnya dirancang oleh arsitektur asal Belanda, Theodoor Van Erp yang kemudian proses pengerjaannya dilanjut oleh J.A Tingdeman. Theodoor Van Erp pernah merancang sebuah bangunan sebelumnya, yaitu Istana Maimun atau Istana Kesultanan Deli. Kemudian sang arsitek dipanggil untuk ikut dalam merestorasi Candi Borobudur yang dilaksanakan pada tahun 1907 sampai 1911.
Keunikan arsitektur dari Masjid Raya Al Mashun ini memadukan beberapa gaya arsitektur dari timur tengah, India, dan spanyol sehingga menghasilkan estetika yang sangat tinggi. Tak hanya indah dipandang, keindahan dari Masjid Al Mashun saat masuk ke dalamnya. Terdapat lantai masjid yang berkilau khusus untuk dekorasi terbuat dari marmer Italia dan Jerman, kaca patri yang indah dari Tiongkok, dan lampu kristal gantung yang menawan, didatangkan langsung dari Prancis.
Bangunan yang berbentuk segi delapan, serta detail ornamen di sisi luar dan dalam masjid juga menjadi daya tarik tersendiri. Ornamen tersebut menggunakan motif flora, fauna, sampai kaligrafi Pilar-pilar yang sudah menggunakan teknologi beton, jendela bergaya klasik dari kaca jendela yang menggunakan kaca patri, dan bentuk kubah moghul ala India, semuanya membuat Masjid Raya Al Mashun memiliki keunikan tersendiri dalam segi arsitektur maupun interiornya.
Untuk perjalanan menuju Masjid Raya Al Mashun bisa Anda tempuh menggunakan sepeda motor maupun mobil, yakni melalui Jalan Imam Bonjol atau Jalan Mahkamah atau Jalan Sei Deli jika ditempuh dari Medan. Namun, rute tercepat menuju Masjid Raya Al-Mashun yaitu melalui Jalan Imam Bonjol.
Masjid Raya Al Mashum ini juga cocok dijadikan sebagai tempat ngabuburit untuk menunggu waktu buka puasa. Jangan lupa bekal makanan untuk mengisi perut Anda setelah berbuka, salah satunya kue Bolu Stim Menara Medan.
Foto oleh @kakilasak_culinary
Bolu Stim Menara Medan merupakan makanan kekinian khas Medan yang menghadirkan bolu dengan tekstur yang lembut dan berbagai isian rasa yang tebal. Varian rasa yang tersedia identik dengan ciri khas Medan, seperti pandan durian, markisa keju, dan banyak varian lainnya. Cukup dengan membayar sekitar Rp40.000 saja Anda sudah bisa membawa pulang kue bolu yang satu ini. Kamu bisa lihat varian-variannya di sini!