18 July 2024 | 07:00
Indonesia adalah negara dengan tradisi yang kaya. Tidak terkecuali di kota Medan, ibukota provinsi Sumatera Utara. Sebagai kota yang tergolong maju, ternyata masih banyak tradisi yang masih dipertahankan lho!
Ada banyak tradisi di kalangan masyarakat Medan yang tidak tergerus oleh kemajuan zaman. Berikut ini sejumlah tradisi unik yang patut disimak:
Sumber: Tempo
Dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan, masyarakat Medan memiliki tradisi khusus yang disebut Mandi Balimo. Tradisi yang dilakukan oleh umat muslim ini memiliki makna mensucikan dan membersihkan diri, menghindari penyakit, serta mempersiapkan diri sebelum Ramadhan. Air yang digunakan untuk mandi bukan air biasa, melainkan air yang sudah diberi campuran rempah-rempah.
Sumber: Detik.com
Masyarakat Medan juga punya tradisi khusus untuk merayakan tujuh bulanan kehamilan bagi para calon ibu. Namanya Mangirdak, sebuah momen dimana para keluarga dan kerabat dekat berkunjung ke rumah si calon ibu untuk berkumpul dan membawa berbagai hidangan lezat dan oleh-oleh.
Tradisi yang satu ini memiliki tujuan yang mulia, yaitu harapan bagi kesehatan ibu dan janin yang ada di dalam kandungan. Selain itu, Mangirdak juga diadakan dengan harapan kelak sang bayi bisa lahir dalam keadaan sehat tanpa kekurangan.
Sumber: Merdeka.com
Berikutnya ada Mangokal Holi, tradisi masyarakat Medan, khususnya Batak Toba. Dalam tradisi ini, tulang-belulang leluhur suku Batak Toba dibongkar kembali dari makam dan ditempatkan ke bangunan tugu (simin). Ritual ini memakan waktu lama dan merupakan salah satu cara bagi keturunan untuk menghormati generasi sebelumnya.
Menurut kepercayaan Batak, kematian bukanlah akhir dari siklus kehidupan, melainkan tahap dalam perjalanan menuju kesempurnaan. Mangokal Holi menjadi salah satu jembatan dalam mencapai kesempurnaan tersebut.
Sumber: GoSumut.com
Satu lagi tradisi yang masih dilestarikan di Medan, yaitu Martutu Aek. Ini adalah tradisi yang dilakukan terhadap bayi yang baru lahir, tepatnya di usia tujuh hari. Dalam proses ini terdapat pemberian nama, pemandian, dan doa untuk bayi.
Martutu Aek mirip dengan upacara pembaptisan. Pemimpin upacara akan mengoleskan kunyit ke tubuh bayi dan memandikannya di mata air. Setelah itu, minyak kelapa dioleskan ke dahi bayi. Upacara ini bertujuan memohon hidup yang beruntung dan penuh berkah. Tradisi unik ini erat kaitannya dengan sejarah dan spiritualitas Suku Batak di Sumatera Utara.
Sumber: budaya-indonesia.org
Mate Mangkar merupakan upacara adat yang dilakukan ketika ada sepasang suami istri yang meninggal namun tidak memiliki anak atau keturunan. Prosesinya terbagi menjadi beberapa tahap, diawali dengan memandikan dan memakaikan pakaian adat kepada jenazah. Kemudian, dilakukan penyematan ulos, kain tradisional Batak, yang melambangkan berbagai makna seperti ikatan keluarga, doa, dan harapan.
Dalam upacara adat ini biasanya juga diiringi dengan alunan gondang dan tarian tradisional sebelum jenazah diantarkan ke tempat peristirahatan terakhirnya. Mate Mangkar termasuk tradisi yang masih dilestarikan di kalangan masyarakat Batak Toba.
Sumber: IDN Times Sumut
Marhajabuan merupakan tradisi pernikahan adat Simalungun yang sarat makna dan nilai budaya. Sesuai dengan tradisi yang sudah diwariskan secara turun temurun, acara pernikahan digelar dengan sangat meriah.
Marhajabuan terdiri dari beberapa tahapan, diawali dengan Manggalar Aek (pemberian air) dan Manggalar Ulos (pemberian ulos). Tahap selanjutnya adalah Martumbahen (penyatuan darah) dan Manjalo-Jalo (bertukar cincin).
Dalam setiap tahapan tersebut ada makna simbolis yang mendalam. Air melambangkan kesucian dan kehidupan, ulos melambangkan ikatan persaudaraan, penyatuan darah melambangkan persatuan jiwa, dan bertukar cincin melambangkan komitmen pernikahan.
Tradisi yang ada di setiap suku maupun daerah selalu mengandung makna yang mendalam. Salah satu cara agar tradisi tidak punah adalah dengan melestarikannya secara turun temurun, sehingga tradisi yang sudah berusia puluhan hingga ratusan tahun itu tetap bisa bertahan.