05 July 2023 | 07:00
Provinsi Sumatera Utara, yang terletak di bagian utara Pulau Sumatera, menyimpan berbagai kerajinan budaya yang unik. Salah satunya adalah alat musik tradisional Sumatera Utara. Mari kita lihat beberapa jenis alat musik tradisional yang ada di sana!
Alat musik tradisional Sumatera Utara menampilkan kekayaan budaya dan warisan khas. Mulai dari rumah adat, kerajinan tangan, kesenian tradisional, hingga alat musik tradisional yang menarik untuk diketahui.

Alat Musik Asal Sumut (sumber: suara)
Alat musik tradisional Sumatera Utara terdiri dari berbagai jenis dengan bentuk dan fungsi yang berbeda-beda. Tanpa menunggu lama, mari kita simak penjelasannya di bawah ini!
Doli-Doli
Doli-doli adalah alat musik tradisional yang berasal dari provinsi Nias, Sumatera Utara. Alat musik ini mirip dengan Kolintang namun dalam ukuran yang lebih kecil.
Perbedaan utamanya terletak pada bilah kayu, dimana doli-doli memiliki bilah kayu yang lebih sedikit dibandingkan dengan Kolintang. Doli-doli dimainkan dengan cara dipukul menggunakan alat pemukul yang terbuat dari dua batang kayu.
Aramba
Aramba adalah alat musik tradisional Sumatera Utara yang berasal dari Pulau Nias. Alat musik ini memiliki bentuk yang mirip dengan benda yang digunakan dalam acara adat, seperti pernikahan.
Aramba biasanya digantung menggunakan tali dan dimainkan dengan cara dipukul pada tonjolan di tengahnya menggunakan alat pemukul khusus. Alat musik ini terbuat dari tembaga, kuningan, suasa, dan nikel. Ukuran piringan aramba berkisar antara 40 hingga 50 cm. Aramba juga memiliki dua jenis, yaitu Fatao dan Hongo.
Aramba jenis Fatao lebih kecil dan biasanya digunakan dalam upacara pernikahan oleh masyarakat biasa. Sementara aramba jenis Hongo digunakan oleh kaum bangsawan dengan ukiran yang lebih besar dibandingkan dengan Fatao.
Druri Dana
Druri Dana adalah alat musik tradisional Sumatera Utara yang terbuat dari bambu. Bambu ini dibentuk menyerupai garpu tala.
Druri Dana menghasilkan bunyi yang harmonis dan dimainkan dengan cara dipukul atau digoyangkan. Cara kerjanya mirip dengan garpu tala atau angklung.
Itulah beberapa contoh alat musik tradisional yang dapat ditemukan di Sumatera Utara. Keberagaman dan kekayaan budaya dalam alat musik tradisional ini merupakan bagian tak terpisahkan dari warisan budaya provinsi ini.
Garantung
Garantung adalah alat musik tradisional yang berasal dari suku Batak Toba di Sumatera Utara. Alat musik ini terbuat dari kayu dan memiliki lima bilah nada dengan tujuh belahan yang tergantung di atas resonator.
Garantung dimainkan dengan memegang lima bilah nada dan dipukul menggunakan dua stik. Tangan kiri bertanggung jawab untuk memainkan melodi dan ritme, sedangkan tangan kanan memukul pada bagian tangkai garantung wilahan untuk memainkan lagu.
Gonrang
Gonrang adalah alat musik tradisional Sumatera Utara yang terbuat dari kayu pilihan. Pada bagian tengahnya dibiarkan kosong, sementara sisi kayu dihamparkan dengan kulit hewan yang telah dikeringkan. Gonrang, yang artinya "gendang," dimainkan dengan cara dipukul bersamaan dengan alat musik tradisional khas dari Simalungun.
Faritia
Faritia adalah alat musik tradisional Sumatera Utara yang biasanya dimainkan bersama dengan alat musik lain seperti arumba (gong besar) dan fondrah (tutu). Alat musik ini sering dimainkan dalam upacara besar seperti owasa dan pesta adat seperti pernikahan dan kematian. Faritia dimainkan selama berhari-hari sebelum upacara dilakukan, sehingga penduduk setempat dan dari desa tetangga dapat mendengarnya.
Gordang
Gordang adalah alat musik tradisional Sumatera Utara yang berasal dari masyarakat Toba. Alat musik ini berbentuk seperti gendang yang lebih besar daripada taganing. Gordang digunakan untuk membawa ritme konstan dan variabel. Instrumen ini biasanya disebut sebagai bass dalam ensambel Gondang Sabangunan. Gordang terbuat dari kayu yang dilapisi dengan kulit sapi atau kerbau. Alat musik ini dimainkan dalam upacara ritual dan berbagai upacara adat yang bersifat sakral.
Hapetan/Hasapi
Hapetan atau Hasapi adalah alat musik tradisional Sumatera Utara yang mirip dengan kecapi. Oleh karena itu, banyak masyarakat di berbagai suku di Sumatera Utara menyebutnya sebagai kecapi. Alat musik ini biasanya dimainkan dengan cara dipetik, karena termasuk dalam kategori alat musik dawai atau senar.
Ole-Ole
Ole-Ole adalah alat musik tradisional yang jarang digunakan dalam pertunjukan musik. Alat musik ini terbuat dari batang tanaman padi yang dipilih dengan hati-hati, dengan ruasnya yang sudah terpecah.
Ole-Ole dimainkan dengan cara ditiup menggunakan teknik khusus, sehingga menghasilkan nada-nada indah. Biasanya masyarakat menambahkan lilitan dari daun kelapa muda pada alat musik ini untuk menguatkan suaranya.
Panggora
Panggora adalah alat musik tradisional Sumatera Utara yang mirip dengan Faritia. Panggora adalah gong berukuran sangat besar. Alat musik ini memiliki diameter hingga 36 cm dengan ketebalan mencapai 6 cm. Panggora terbuat dari kuningan, besi, atau perunggu. Suara panggora terdengar nyaring dan keras. Biasanya dimainkan dengan cara dipukul menggunakan stik.
Gendang Singanaki
Gendang Singanaki adalah alat musik tradisional Sumatera Utara yang terbuat dari kayu dan kulit binatang khas suku Batak Karo. Gendang ini terdiri dari dua bagian: gendang penganaki dan anak gendang yang disebut garantung atau enek-enek.
Gendang Singanaki dimainkan dengan cara dipukul menggunakan alat pemukul. Alat musik ini sering digunakan untuk membawa ritme dalam permainan musik bersama sarune. Biasanya dimainkan dalam upacara adat yang masih terkait dengan keagamaan atau acara perayaan bagi muda-mudi.
Gendang Sisibah/Pakpak
Gendang Sisibah atau Pakpak adalah alat musik tradisional Sumatera Utara yang terdiri dari satu set gendang berjumlah 9 yang diletakkan dalam satu rak. Alat musik ini dimainkan menggunakan sepasang stik. Gendang Sisibah biasanya dimainkan dalam upacara adat di Pakpak Dairi, baik dalam acara kebahagiaan maupun duka.
Sarune Bolon
Sarune Bolon adalah alat musik tradisional Sumatera Utara yang memiliki kesamaan dengan serunai. Alat musik ini dimainkan dengan cara ditiup dan sering dimainkan bersama dengan alat musik seperti taganing, gondang, ogung, hess j, dan adap.
Sarune Bolon memiliki 5 lubang yang menghasilkan nada yang berbeda. Berbeda dengan alat musik lain yang membutuhkan tiupan untuk menghasilkan suara, sarune dapat mengeluarkan suara hanya dengan mengambil napas.
Balobat
Balobat, juga dikenal sebagai "Beluat," adalah alat musik tradisional Sumatera Utara yang berasal dari suku Karo, salah satu sub-etnik Batak yang tinggal di wilayah Utara Danau Toba. Alat musik ini terbuat dari seruas pucuk bambu dengan ukuran sejengkal jari tangan.
Balobat memiliki enam lubang nada dan biasanya menggunakan skala nada minor dan mayor, serta mampu menciptakan susunan nada pentatonis yang khas dalam budaya Karo. Alat musik ini dapat dimainkan secara solo atau dalam ansambel.
Kulcapi Karo
Kulcapi Karo adalah alat musik tradisional Sumatera Utara yang berasal dari suku Karo. Alat musik ini terdiri dari dua senar dan terbuat dari kayu yang diukir dengan ornamen khas Karo.
Kulcapi Karo biasanya digunakan sebagai alat musik solo atau digunakan bersama dengan alat musik lain seperti keteng-keteng, gendang Karo, balobat, dan masih banyak lagi. Alat musik ini sering dimainkan sebagai pengiring tarian adat atau nyanyian tradisional Karo.
Fondrahi
Fondrahi adalah alat musik tradisional Sumatera Utara yang berbentuk seperti gendang kecil. Pada masa lampau, alat musik ini hanya digunakan oleh ere atau pemuka agama dalam berbagai ritual persembahan kepada dewa-dewa sesuai dengan kepercayaan masyarakat setempat.
Tulila/Talatoit
Tulila atau Talaloit adalah alat musik tradisional Sumatera Utara berbentuk instrumen aerofon yang termasuk dalam jenis seruling end blown (ditiup dengan posisi lurus). Alat musik ini terbuat dari bambu dan memiliki satu lubang tiup serta empat lubang nada di bagian tengah instrumen.
Talaloit merupakan alat musik solo dalam kesenian Batak Toba. Mayoritas masyarakat di daerah tersebut mempercayai bahwa alat musik ini digunakan sebagai media untuk menyampaikan doa kepada Debata Mula Jadi Na Bolon (Tuhan dalam konsep kepercayaan Monolatry).
Namun, seiring dengan perkembangan zaman, alat musik ini juga digunakan sebagai alat pengusir hama pertanian di kalangan masyarakat Batak Toba. Alat musik ini menghasilkan bunyi unik yang menyerupai suara burung elang.
Sordam
Sordam adalah alat musik tradisional Sumatera Utara yang hampir punah. Alat musik ini menghasilkan suara yang melankolis dan sering dikaitkan dengan kesedihan. Pada masa lalu, sordam digunakan sebagai alat pemanggil roh dalam konteks ritual kepercayaan setempat. Oleh karena itu, penggunaan alat musik ini harus dilakukan dengan hati-hati, karena masyarakat percaya bahwa penggunaan sembarangan dapat mendatangkan malapetaka.
Sordam menggunakan skala nada pentatonis, sehingga hanya dapat dimainkan secara solo, bukan dalam ansambel. Alat musik tradisional Sumatera Utara ini menunjukkan kekayaan budaya yang unik dan mengagumkan. Melalui berbagai alat musik ini, warisan musik tradisional Sumatera Utara terus hidup dan memberikan keindahan yang tak ternilai.
Keteng-Keteng
Keteng-keteng adalah alat musik tradisional Sumatera Utara yang berasal dari suku Karo, Sumatera Utara. Alat musik ini terbuat dari bambu dan memiliki bentuk mirip kentongan dengan panjang sekitar setengah meter. Sabar gang, yaitu kulit bambu yang dikupas, juga merupakan bagian dari alat musik ini.
Biasanya, keteng-keteng dimainkan dengan sepasang tongkat pemukul yang terbuat dari potongan bambu. Cara memainkannya adalah dengan menabuh seperti drum, menghasilkan suara yang unik dan khas, gabungan antara suara pukulan bambu dan suara senar.
Tali Sasayat/Sitalasayak
Tali Sasayat atau Sitalasayak adalah alat musik yang terbuat dari kuningan. Cara memainkan alat musik ini adalah dengan mengaitkan jari telunjuk kiri dan kanan pada simpul tali, lalu memukul-mukul alat tersebut.
Biasanya, alat musik ini dimainkan dalam upacara adat khas masyarakat Batak Simalungun. Alat ini sering dikombinasikan dengan berbagai jenis alat musik tradisional lainnya, seperti gondrang sipitu-pitu (7 gendang), gondrang sidua-dua (2 gendang), ogung atau gong, mongmongan atau canang, dan sarune bolon.
Gong Panganak
Gong Panganak adalah alat musik tradisional Sumatera Utara yang terbuat dari kayu dan kuningan. Pada masa lalu, alat musik ini digunakan untuk mengumumkan perintah raja kepada rakyatnya.
Selain itu, gong ini sering digunakan dalam upacara adat kematian, pernikahan, dan saat memasuki rumah baru. Saat ini, alat musik ini dimainkan dalam berbagai upacara gereja, hari besar nasional, dan menyambut tamu.
Ogung
Ogung adalah alat musik tradisional Sumatera Utara yang termasuk dalam jenis gong. Alat musik ini memiliki peran penting dalam ansambel gondang sabangunan. Terdiri dari empat gong, masing-masing dengan nama Oloan, Ihutan, Panggora, dan Doal.
Keempat jenis gong ini biasanya dimainkan bersama dengan alat musik taganing dan sarune bolon untuk menjaga tempo. Ogung dimainkan oleh empat orang dengan memukulnya menggunakan alat pemukul.
Demikianlah pembahasan mengenai berbagai alat musik tradisional dari Sumatera Utara. Provinsi ini memiliki kekayaan alat musik tradisional yang luar biasa. Setelah Kamu mempelajari tentang alat musik khas Medan, jangan lewatkan kesempatan untuk mencicipi salah satu kuliner khas yang terkenal di kota ini, yaitu bolu stim Menara.
Bolu stim Menara adalah salah satu kue tradisional yang populer di Medan. Terbuat dari adonan tepung terigu, telur, mentega, gula, dan bahan-bahan lainnya, kue ini dikukus hingga matang. Bolu stim Menara memiliki tekstur yang lembut, aroma yang menggugah selera, dan rasa yang lezat.