03 August 2023 | 07:00
Indonesia telah merdeka selama 75 tahun, sebuah perjuangan bersejarah yang tak terlupakan. Kemerdekaan tersebut merupakan hasil dari perjuangan gigih para pahlawan yang berani melawan penjajah. Saat ini, para pejuang yang telah meninggalkan dunia mendapatkan pengakuan atas jasanya dengan gelar Pahlawan Nasional yang diberikan oleh pemerintah. Sumatera Utara juga memiliki andil dalam memperjuangkan kemerdekaan, dan berikut ini adalah beberapa nama pahlawan nasional yang berasal dari daerah ini:
Pahlawan Nasional Sumut (sumber: republika)
Sisingamangaraja XII
Pahlawan nasional ini diangkat pada tanggal 9 November 1961. Beliau adalah seorang pemimpin yang sangat dihormati oleh masyarakat Batak. Sisingamangaraja XII mulai memerintah pada tahun 1876, menggantikan ayahnya, Sisingamangaraja XI. Saat itu, Belanda sedang berusaha memonopoli perdagangan di Bakkara, Sumatera Utara, yang memicu perang berkepanjangan. Sisingamangaraja XII gugur akibat ditembak oleh pasukan Belanda di Dairi setelah Bakkara jatuh ke tangan penjajah.
Amir Hamzah
Nama lengkapnya adalah Tengkoe Amir Hamzah Pangeran Indera Poetera, seorang sastrawan Indonesia dari angkatan Pujangga Baru. Ia dilahirkan pada 28 Februari 1911 di Tanjung Pura, Langkat, Sumatera Utara, di lingkungan keluarga yang mewarisi tradisi sastra kuat. Karya-karyanya berupa syair yang indah mencerminkan rasa cinta kepada tanah air. Pengabdiannya terhadap seni dan kebudayaan diakui dengan pemberian Satya Lencana Kebudayaan dan Piagam Anugerah Seni pada tahun 1969. Gelar pahlawan nasional diberikan kepadanya oleh pemerintah pada tahun 1975, dan sebagai penghormatan atas perjuangannya, didirikan sebuah taman bernama Taman Amir Hamzah dekat Monumen Nasional di Jakarta.
Adam Malik
Adam Malik Batubara, seorang pahlawan nasional dari Sumatera Utara yang diakui atas jasa-jasanya pada tanggal 6 November 1998. Ia adalah mantan Wakil Presiden Indonesia ketiga dan pernah menjabat sebagai Menteri di beberapa departemen pemerintahan, termasuk Menteri Luar Negeri. Lahir di Pematang Siantar, Sumatera Utara, pada 22 Juli 1917, Adam Malik menjadi orang Indonesia pertama yang terpilih menjadi Ketua Majelis Umum PBB ke-26 bersama dengan Menteri Luar Negeri Negara-Negara ASEAN. Sebuah museum yang dibangun di Jalan Diponegoro, Jakarta, menjadi tempat mengenang perjuangannya.
Letjen TNI Purn. Djamin Ginting
Lahir di Desa Suka, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, pada 12 Januari 1921, Letjen TNI Purn. Djamin Ginting adalah seorang tokoh militer yang berjasa dalam menumpas pemberontakan Nainggolan di Medan pada April 1958 dan menentang pemerintahan Belanda di Tanah Karo. Ia wafat di Ottawa, Kanada, dan dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada tanggal 7 November 2014.
TB Simatupang
Tahi Bonar Simatupang, yang lebih dikenal dengan inisial TB Simatupang, lahir pada tanggal 28 Januari 1920 di Sidikalang, Sumatera Utara. Beliau pernah menjabat sebagai Kastaf Angkatan Perang RI (KASAP) hingga tahun 1953. Atas pengabdian dan perjuangannya untuk bangsa, TB Simatupang diangkat sebagai pahlawan nasional pada tahun 2013. Ia wafat pada tanggal 1 Januari 1990 di Jakarta dan diabadikan pada uang logam pecahan 500 rupiah pada tanggal 16 Desember 2016.
Dr. Ferdinand Lumban Tobing
Dr. Ferdinand Lumban Tobing merupakan seorang pahlawan nasional dari Sumatera Utara. Ia merupakan lulusan dari Sekolah Dokter dari STOVIA. Lahir pada tanggal 19 Februari 1899 di Sibuluan, Sibolga, Sumatera Utara, dan wafat di Jakarta pada tanggal 7 Oktober 1962. Dr. Ferdinand Lumban Tobing memiliki peran yang penting dalam sejarah Indonesia, pernah menjabat sebagai Menteri Penerangan, Menteri Hubungan Antar Daerah, Menteri Transmigrasi, serta pejabat sementara Menteri Kesehatan. Nama beliau diabadikan sebagai nama bandara di Kabupaten Tapanuli Tengah, Rumah Sakit Umum di Sibolga, dan beliau dimakamkan di desa Kolang, Kabupaten Tapanuli Tengah.
Zainul Arifin
Zainul Arifin merupakan seorang pahlawan nasional dengan latar belakang keluarga bangsawan. Ia dilahirkan di Barus, Tapanuli Selatan, pada tanggal 2 September 1909 dan meninggal di Jakarta pada tanggal 2 Maret 1963. Zainul Arifin aktif sebagai anggota GP Ansor pada tahun 1930 dan menjadi Ketua Cabang NU Jatinegara serta Ketua Majelis Konsul Batavia. Ia juga pernah menjabat dalam kepengurusan Masyumi dan berbagai jabatan dalam politik serta pemerintahan.
Mayjen TNI Anm. Donald Izacus Pandjaitan
Mayjen TNI Anm. Donald Izacus Pandjaitan lahir di Balige pada tanggal 19 Juni 1925. Beliau juga merupakan salah satu pahlawan revolusi yang meninggal akibat penculikan dan pembunuhan dalam peristiwa G30S PKI di Lubang Buaya, Jakarta, pada tanggal 1 Oktober 1965. Pada upacara pemakaman kenegaraan, beliau dianugerahi gelar Anumerta sebagai Mayor Jenderal. Jenazahnya ditemukan pada tanggal 4 Oktober 1965.
Jenderal Besar Abdul Haris Nasution
Jenderal Besar Abdul Haris Nasution lahir di Kotanopan, Sumatera Utara, pada tanggal 3 Desember 1918. Beliau meninggal di Jakarta pada tanggal 6 September 2000 pada usia 81 tahun. Abdul Haris Nasution adalah seorang tokoh yang menjadi sasaran pembantaian G30S PKI, namun yang menjadi korban adalah anak perempuannya, Ade Irma Suryani, dan ajudannya, Lettu Pierre Tendean. Beliau dikenal sebagai ahli dalam perang gerilya dan karyanya yang berjudul "Fundamentals of Guerilla Warfare" telah diterjemahkan ke berbagai bahasa asing dan menjadi bahan bacaan wajib di sejumlah akademi militer di dunia. Selain itu, beliau pernah menjabat sebagai Panglima Angkatan Perang, Ketua MPRS, Menteri Pertahanan, dan KSAD.
Kiras Bangun (Garamata)
Kiras Bangun lahir di Batukarang, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, pada tahun 1852. Ia dikenal sebagai pejuang yang gigih menentang penjajahan Belanda dengan mengumpulkan kekuatan lintas agama di Sumatera Utara dan Aceh. Kerjasama perlawanannya menghasilkan pasukan Urung yang terlibat dalam beberapa pertempuran melawan Belanda di Tanah Karo. Namun, akhir perjuangannya membawa nasib buruk, karena ia dibuang ke Cipinang bersama kedua anaknya pada periode 1919-1926. Kiras Bangun gugur pada tanggal 22 Oktober 1942 dan dimakamkan di Batukarang. Pengabdiannya kepada bangsa dan perjuangan melawan penjajah menjadikannya dihormati sebagai pahlawan nasional pada 9 November 2005.
Mayjen Purn. H. Tengku Rizal Nurdin
Mayjen Purn. H. Tengku Rizal Nurdin pernah menjabat sebagai Pangdam Bukit Barisan pada tahun 1997-1998 dan menjadi Gubernur Sumatera Utara selama dua periode (1998-2005). Lahir di Bukittinggi pada tanggal 21 Februari 1948, beliau berpulang di Medan akibat kecelakaan pesawat Mandala Airlines Penerbangan RI 091 jurusan Medan-Jakarta pada tanggal 5 September 2005. Pada tanggal 9 November 2005, beliau diangkat sebagai pahlawan nasional sebagai penghargaan atas dedikasinya dalam memimpin dan melayani bangsa.
Lafran Pane
Lafran Pane lahir di Sipirok, Padang Sidempuan pada tanggal 5 Februari 1922 dan meninggal dunia di Yogyakarta pada tanggal 24 Januari 1991 pada usia 69 tahun. Beliau merupakan tokoh pergerakan pemuda yang mempelopori pembentukan Himpunan Mahasiswa Islam pada tanggal 5 Februari 1947. Selain itu, Lafran Pane juga menjadi sosok penting yang menentang pergantian ideologi dari Pancasila menjadi komunisme.
Beliau memainkan peran besar dalam pembentukan Ikatan Sarjana Muslimin Indonesia (ISMI) dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) di Universitas Gadjah Mada. Pengabdiannya kepada bangsa dan perjuangan melawan pergantian ideologi ini mengakibatkan beliau diangkat sebagai pahlawan nasional pada tanggal 6 November 2017.
Mengenal dan menghargai perjuangan para pahlawan nasional dari Sumatera Utara merupakan tanggung jawab kita sebagai generasi muda. Menyadari perjuangan dan pengorbanan mereka akan menginspirasi kita untuk menjadi generasi yang berdedikasi, cinta tanah air, dan siap melanjutkan perjuangan bangsa menuju kemajuan dan kejayaan. Semangat perjuangan para pahlawan adalah warisan berharga bagi kita semua, sehingga kita tidak akan lupa akan jasa mereka dalam menciptakan Indonesia yang merdeka dan maju.
Selain itu, keberanian dan perjuangan para pahlawan nasional dari Sumatera Utara telah mengukir sejarah bangsa dan memberikan inspirasi bagi generasi muda Indonesia untuk terus menghargai dan memperjuangkan nilai-nilai kejuangan yang mereka bawa. Semoga penghargaan atas jasa-jasa mereka akan selalu diingat dan diwariskan kepada anak cucu bangsa untuk menjaga dan memajukan Indonesia yang merdeka.
Selain mengenang jasa para pahlawan nasional asal Medan, jangan lupa untuk mencicipi oleh-oleh khas dari kota Medan, yaitu bolu stim Menara. Bolu stim Menara adalah camilan manis yang terkenal di Medan dan menjadi favorit para pengunjung.
Bolu stim Menara memiliki tekstur yang lembut dan rasa yang manis, cocok sebagai pengisi perut setelah berkeliling mengunjungi tempat-tempat bersejarah di Medan. Membeli bolu stim Menara juga menjadi cara yang bagus untuk mendukung para pelaku usaha lokal dan mempromosikan kekayaan kuliner khas dari daerah ini.