19 November 2023 | 07:00
Kota Medan adalah ibu kota Provinsi Sumatera Utara yang terkenal dengan beragam etnik, agama, dan budaya. Keberagaman ini mencerminkan sejarah panjang kota ini dan merupakan aset berharga dalam perjalanan wisata. Kota ini adalah tempat di mana orang dari berbagai latar belakang budaya dan agama hidup berdampingan dengan harmonis. Di antara keindahan alamnya, Kota Medan juga menawarkan banyak objek wisata religi yang mengagumkan. Mari kita jelajahi beberapa di antaranya.
Air Terjun Bukit Gibeon (sumber: sindo)
Masjid Raya Al-Mashun
Masjid Raya Al-Mashun adalah salah satu landmark penting di Kota Medan. Terletak di Jalan Sisingamangaraja, masjid ini adalah simbol sejarah kejayaan Kesultanan Melayu Deli. Bangunan megah ini menggabungkan berbagai gaya arsitektur dari Timur Tengah, Spanyol, dan India, menciptakan struktur yang indah dan penuh makna.
Pembangunan Masjid Raya Al-Mashun memakan waktu tiga tahun, dimulai pada tahun 1906 dan selesai pada tahun 1909 di bawah kepemimpinan Sultan Ma'mun Al Rashid. Selama bulan Ramadan, masjid ini terkenal dengan tradisi menyajikan bubur sop anyang untuk berbuka puasa kepada umat Muslim yang datang. Masjid ini juga menjadi tempat yang ramai selama perayaan Idul Fitri dan Idul Adha.
Gereja HKBP Sudirman
Gereja HKBP Sudirman terletak di persimpangan Jalan Sudirman dan Jalan H. Misbah, dan merupakan salah satu tempat ibadah Kristen terpenting di Kota Medan. Gereja ini telah berdiri sejak tahun 1954 dan menjadi rumah ibadah bagi komunitas Kristen Batak.
Sebelum pembangunan gereja ini, komunitas HKBP di Medan sudah hadir sejak tahun 1912 dan pernah berkumpul untuk beribadah di berbagai tempat, termasuk gedung Konsistori Gereja Protestantshe Kerk, Gereformeede Kerk, dan Methodist Boy School. Pada tahun 1952, Wali Kota Medan saat itu, Jaidin Purba, menyediakan lahan seluas 5.425 meter persegi dengan harga Rp 35 ribu saat itu untuk pembangunan gereja HKBP di Jalan Sudirman.
Gereja Katedral Medan
Gereja Katedral Medan, juga dikenal sebagai Gereja Santa Maria Annai Velangkanni, adalah gereja Katolik yang terletak di Jalan Pemuda, Kota Medan. Gereja ini memiliki sejarah yang kaya, dimulai dari sebuah pondok sederhana yang dibangun pada tahun 1879 sebagai tempat ibadah umat Katolik.
Seiring dengan pertumbuhan umat Katolik di Kota Medan, gereja ini mengalami perluasan pada tahun 1928. Arsitek Han Groenewegen dari Belanda merancang bangunan gereja seperti yang kita lihat hari ini. Gereja ini adalah tempat ibadah yang sakral bagi komunitas Katolik di Medan.
Vihara Gunung Timur
Vihara Gunung Timur terletak di Jalan Hang Tuah, Medan, dan merupakan salah satu tempat ibadah Buddha tertua di kota ini. Vihara ini didirikan pada tahun 1962 dan telah menjadi pusat kegiatan keagamaan bagi umat Buddha sejak itu.
Bangunan vihara ini memiliki dominasi warna merah yang berpadu indah dengan warna kuning. Awalnya, vihara ini dibangun dari kayu, namun kemudian mengalami renovasi menjadi bangunan permanen yang kita lihat saat ini. Umat Buddha datang ke vihara ini setiap hari untuk beribadah dan merayakan berbagai upacara keagamaan.
Kuil Shri Mariamman
Kuil Shri Mariamman terletak di Jalan Zainul Arifin, Medan, dan didirikan oleh komunitas Hindu pada tahun 1884. Kuil ini adalah kuil Hindu tertua di Kota Medan yang tetap terawat dengan baik.
Kuil ini memiliki atmosfer yang khusyuk dan penuh dengan gambar dan patung dewa. Ada tiga tempat pemujaan utama di dalam kuil, masing-masing didedikasikan untuk Shri Maha Vishnu, Siva, dan Brahmana. Setiap hari, umat Hindu berkumpul di kuil ini untuk bersembahyang. Kuil ini juga menjadi lokasi perayaan berbagai festival Hindu seperti Deepavali dan perayaan panen padi.
Masjid Al-Osmani
Masjid Al-Osmani, yang terletak di Jalan Kol. Yos Sudarso, Medan, adalah sebuah situs bersejarah yang merupakan bagian integral dari kemegahan Kesultanan Melayu Deli. Masjid ini pertama kali dibangun pada tahun 1854 selama masa pemerintahan Sultan Osman Perkasa Alam.
Awalnya, masjid ini dibangun dengan menggunakan material kayu pilihan. Namun, pada tahun 1870, masjid ini mengalami renovasi besar-besaran menjadi sebuah bangunan permanen di bawah kepemimpinan Sultan Mahmud Perkasa Alam. Renovasi ini selesai pada tahun 1872, menciptakan sebuah bangunan megah yang memadukan berbagai unsur arsitektur dari Timur Tengah, India, Spanyol, Melayu, dan China.
Warna kuning yang khas bagi bangunan-bangunan Melayu mendominasi masjid ini, memberikan pesona dan daya tarik tersendiri. Di sekitar kompleks masjid, Kelen juga dapat menemukan lima makam Raja Deli, yang menambah elemen sejarah yang kuat di tempat ini.
Graha Maria Annai Velangkani
Graha Maria Annai Velangkani, yang terletak di Jalan Sakura III, Medan, adalah salah satu tempat ibadah Katolik yang memiliki arsitektur yang unik dan mengesankan. Walaupun secara umum dikenal sebagai gereja, banyak yang menganggapnya mirip dengan klenteng karena gaya arsitektur bangunannya.
Graha ini pertama kali dibangun pada tahun 2001 dan awalnya ditujukan untuk melayani umat Katolik Tamil di Medan. Namun, seiring berjalannya waktu, semua umat Katolik diundang untuk berziarah ke tempat ini. Graha ini didedikasikan untuk Bunda Maria, yang dikenal sebagai Annai Velangkani Arokai Martha di India.
Arsitektur graha ini menggabungkan unsur Indo-Mughal dengan berbagai simbol dan ornamen kepercayaan, menciptakan suasana yang memikat. Tempat ini adalah tempat ibadah yang menarik dan unik bagi komunitas Katolik di Medan.
Vihara Siu San Keng
Vihara Siu San Keng, yang terletak di Jalan Yos Sudarso, Medan Labuhan, adalah salah satu vihara tertua di Kota Medan. Vihara ini didirikan pada tahun 1890 dan telah menjadi tempat ibadah Buddha yang penting bagi komunitas setempat selama lebih dari satu abad.
Tidak jauh dari Masjid Al-Osmani, keberadaan Vihara Siu San Keng mencerminkan kerukunan antar umat beragama yang telah berlangsung selama lebih dari seabad di Kota Medan. Vihara ini adalah tempat yang tenang dan penuh keagamaan bagi umat Buddha yang datang ke sini setiap harinya.
Gereja Immanuel
Gereja Protestan Indonesia Barat (GPIB) Immanuel, yang terletak di Jalan Diponegoro, Medan, adalah salah satu gereja tertua di Kota Medan. Gereja ini dibangun pada tahun 1921 dan memiliki arsitektur yang mencerminkan gaya renaissance, mirip dengan beberapa bangunan tua lainnya di Kota Medan.
Awalnya, gereja ini didirikan untuk melayani orang-orang Belanda dan orang-orang Indonesia Timur yang tinggal di Medan. Selama perayaan Misa, Natal, dan Tahun Baru, gereja ini menjadi salah satu prioritas dalam hal keamanan karena sering kali tidak mampu menampung jumlah jemaat saat perayaan Natal. Karena itu, ibadah sering dipindahkan ke bangunan yang terletak di sebelah gereja.
Masjid Lama Gang Bengkok
Masjid Lama Gang Bengkok, yang terletak di Jalan Mesjid, Medan, memiliki sejarah unik dan menarik. Nama masjid ini, yang berarti "Masjid Lama Gang Bengkok," berasal dari sebuah gang depan masjid yang memiliki tikungan, dan kini jalan tersebut dikenal sebagai Jalan Ahmad Yani.
Konon, masjid ini adalah salah satu masjid tertua kedua di Kota Medan setelah Masjid Osman Al-Osmani. Awalnya, masjid ini hanyalah surau sederhana, tetapi pada tahun 1887, saudagar kaya Tjong A Fie membiayai pembangunan masjid ini menjadi sebuah bangunan yang lebih megah.
Ornamen yang terdapat di masjid ini mencakup berbagai unsur etnis, menciptakan suasana yang menarik dengan atap yang mirip dengan kelenteng. Hal ini mencerminkan keberagaman penduduk Kota Medan yang telah ada sejak lama.
Kota Medan adalah contoh sempurna bagaimana keberagaman agama dapat menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Objek wisata religi ini tidak hanya memberikan wawasan tentang keagamaan, tetapi juga tentang sejarah, budaya, dan keramahan masyarakat Kota Medan. Apakah Kelen seorang wisatawan religius atau hanya penasaran untuk mengeksplorasi kekayaan budaya kota ini, Kelen pasti akan menemukan keindahan dalam keragaman Kota Medan.
Setelah puas menjelajahi tempat wisata religi di Medan, jangan lupa untuk mencicipi salah satu oleh-oleh khas Medan, yaitu Bolu Stim Menara. Kue ini memiliki tekstur yang lembut dan rasa yang lezat, sehingga cocok untuk dinikmati sebagai camilan atau penutup perjalanan Kelen.
Bolu Stim Menara tersedia dalam berbagai varian rasa, yaitu pandan durian, markisa keju, dan blackforest. Kelen bisa membelinya di toko resminya yang terletak di Jalan Wahid Hasyim No. 57/58, Medan Baru, Medan. Toko ini buka setiap hari mulai pukul 07.00 hingga 21.00 WIB. Jadi, tunggu apa lagi? Menjelajahi tempat wisata religi di Medan? Jangan lupa untuk mencicipi Bolu Stim Menara!